Mengenal Wasting Pada Anak Beserta Dampaknya


Selain dwarfisme, wasting juga bisa terjadi pada anak-anak. Pada tahun 2018, prevalensi balita boros di Indonesia mencapai 10,19 persen. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah serius bahkan meningkatkan risiko kematian bayi. Sayangnya, tidak semua orang tua memahami apa itu litter, sehingga banyak yang mengabaikan atau tidak mengetahui apa-apa tentang masalah makan pada balita. Mari simak penjelasan berikut untuk memahami apa itu wasting.

Apa itu wasting?

Wasting adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya asupan gizi atau adanya penyakit pada anak. Usia dan jenis kelamin juga berperan dalam mempengaruhi waste pada anak.

Anak kelompok umur 0-5 tahun lebih sering buang air besar dibandingkan anak kelompok umur 5-9 tahun. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, kondisi ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki.

Penyebab pemborosan pada anak-anak

Penyebab pemborosan adalah gizi buruk atau penyakit. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan wasting adalah infeksi saluran cerna dan saluran pernafasan.

Selain itu, infeksi pada mulut dan gigi, gangguan fungsi usus, hiperaktif, perubahan metabolisme, gangguan nafsu makan atau efek samping obat tertentu juga dapat mempengaruhi wasting pada anak. Beberapa faktor risiko pemborosan anak yang harus diwaspadai orang tua antara lain:

Asupan Makanan Non Gizi

Anak-anak yang sering diberi makan makanan non-nutrisi memiliki risiko lebih tinggi untuk buang air besar. Hal ini dikarenakan asupan makanan yang dikonsumsi tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi.

Kurangnya pengetahuan tentang gizi bayi

Kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi anak dapat mempengaruhi kebiasaan makan ibu terhadap anaknya. Ibu sering memberikan makanan yang tidak bergizi sehingga kebutuhan gizinya tidak terpenuhi.

Kebersihan Lingkungan yang Buruk

Kebersihan lingkungan yang buruk, terutama sulitnya mengakses air bersih, dapat menyebabkan anak buang air besar. Jika air yang terkontaminasi digunakan untuk minum, memasak, atau mencuci buah dan sayuran, anak-anak lebih berisiko terkena infeksi yang menyebabkan keluarnya tinja.

Kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan

Akses yang tidak memadai terhadap layanan kesehatan juga dapat menyebabkan kotoran anak tidak terdeteksi atau tertangani dengan baik.

Bagaimana cara mengatasi sampah pada anak?

Karena sampah merupakan masalah gizi yang serius pada balita, maka perlu dikelola dengan baik untuk mengatasinya. Berikut langkah-langkah penanganan sampah yang bisa Anda lakukan.

Beri makan anak Anda makanan yang kaya energi untuk menambah berat badan, seperti kacang-kacangan dan produk hewani. Berikan makanan bergizi seimbang yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Pemberian makanan terapeutik siap saji (RUTF), makanan padat berupa pasta yang diperkaya vitamin dan mineral untuk mengembalikan feses pada balita. Berikan suplemen penambah berat badan jika diperlukan.

Konsultasikan layanan konsultasi nutrisi.
Pengobatan penyakit yang mendasari pada anak-anak. Awasi berat badan anak Anda dengan Kartu Menuju Sehat. Kartu ini digunakan untuk mencatat perkembangan anak.